Ditengah merambahnya Akademi Keperawatan (Akper) di Indonesia, apakah prospek dan masa depan lulusan sarjana keperawatan bagus?
Saat ini memang lulusan perawat D3 sangat banyak akibat menjamurnya Akper di Indonesia. Namun ternyata lulusan sarjana keperawatan masih sedikit jika dibandingkan dengan lulusan perawat D3.
Padahal tenaga sarjana keperawatan masih banyak dibutuhkan di rumah sakit-rumah sakit, tidak hanya sebagai perawat, namun juga untuk mengisi lowongan kerja sebagai kepala ruangan, kepala seksi atau kepala keperawatan.
Tidak hanya di dalam negeri, kebutuhan di luar negeri akan perawat juga sangat banyak. Selain dibutuhkan di rumah sakit, perawat juga dibutuhkan sebagai caregiver bagi kaum jompo. Sejauh ini permintaan perawat terutama dari negara Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan Jepang maupun Asia Tenggara terus mengalir ke Indonesia. Namun kebutuhan yang sangat tinggi dari negara luar tidak dapat terpenuhi seluruhnya karena kondisi lulusan sarjana keperawatan di Indonesia yang masih kurang baik.
Standar kompetensi keperawatan di Indonesia tidak diakui oleh dunia internasional. Hal tersebut dikarenakan kemampuan bahasa inggris perawat di Indoneisa yang rendah (TOEFL, IELTS), dan ketrampilan keperawatannya pun juga masih rendah. Dilihat dari hasil skoring NCLEX (The National Council Licensure Examination), mendapatkan nilai sekitar 40, padahal yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50–70 dan AS antara 70 sampai 80 (Syaifoel, 2008).
Berdasarkan fakta yang ada, saat ini dari komposisi 60% perawat di Indonesia, baru sekitar 6 – 10% yang merupakan perawat profesional (Ners). Hal ini berarti masih sekitar 90 – 94% perawat berpendidikan Diploma III atau SPK.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin jelas peluang kerja lulusan keperawatan di dalam negeri dan di luar negeri sangat terbuka luas. Perawat Indonesia yang akan bekerja di luar negeri harus terlebih dahulu lulus ujian N-CLEX, memiliki sertifikat TOEFL dan IELTS tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh masing-masing negara tujuan.
Oleh karena itu, bagi yang sedang berencana melanjutkan pendidikannya ke D3 Akper, ada baiknya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu S1 Keperawatan. Prospek dan masa depan lulusan akper memang terbuka luas, tidak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Untuk itu ada baiknya jadilah perawat profesional dengan kemampuan bahasa inggris dan keterampilan keperawatan yang berkualitas baik.
Saat ini memang lulusan perawat D3 sangat banyak akibat menjamurnya Akper di Indonesia. Namun ternyata lulusan sarjana keperawatan masih sedikit jika dibandingkan dengan lulusan perawat D3.
Padahal tenaga sarjana keperawatan masih banyak dibutuhkan di rumah sakit-rumah sakit, tidak hanya sebagai perawat, namun juga untuk mengisi lowongan kerja sebagai kepala ruangan, kepala seksi atau kepala keperawatan.
Tidak hanya di dalam negeri, kebutuhan di luar negeri akan perawat juga sangat banyak. Selain dibutuhkan di rumah sakit, perawat juga dibutuhkan sebagai caregiver bagi kaum jompo. Sejauh ini permintaan perawat terutama dari negara Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan Jepang maupun Asia Tenggara terus mengalir ke Indonesia. Namun kebutuhan yang sangat tinggi dari negara luar tidak dapat terpenuhi seluruhnya karena kondisi lulusan sarjana keperawatan di Indonesia yang masih kurang baik.
Standar kompetensi keperawatan di Indonesia tidak diakui oleh dunia internasional. Hal tersebut dikarenakan kemampuan bahasa inggris perawat di Indoneisa yang rendah (TOEFL, IELTS), dan ketrampilan keperawatannya pun juga masih rendah. Dilihat dari hasil skoring NCLEX (The National Council Licensure Examination), mendapatkan nilai sekitar 40, padahal yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50–70 dan AS antara 70 sampai 80 (Syaifoel, 2008).
Berdasarkan fakta yang ada, saat ini dari komposisi 60% perawat di Indonesia, baru sekitar 6 – 10% yang merupakan perawat profesional (Ners). Hal ini berarti masih sekitar 90 – 94% perawat berpendidikan Diploma III atau SPK.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin jelas peluang kerja lulusan keperawatan di dalam negeri dan di luar negeri sangat terbuka luas. Perawat Indonesia yang akan bekerja di luar negeri harus terlebih dahulu lulus ujian N-CLEX, memiliki sertifikat TOEFL dan IELTS tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh masing-masing negara tujuan.
Oleh karena itu, bagi yang sedang berencana melanjutkan pendidikannya ke D3 Akper, ada baiknya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu S1 Keperawatan. Prospek dan masa depan lulusan akper memang terbuka luas, tidak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Untuk itu ada baiknya jadilah perawat profesional dengan kemampuan bahasa inggris dan keterampilan keperawatan yang berkualitas baik.
Tag :
kuliah
0 Komentar untuk "Prospek Lulusan Sarjana Keperawatan Tidak Hanya di Indonesia"