Sebagai seseorang yang sudah lulus kuliah dan sudah pernah merasakan bekerja, dan bahkan sudah mendapatkan pekerjaan sebelum wisuda, saya bisa mengatakan kalimat seperti yang tertera pada judul artikel ini "Lulusan Universitas Ternama Sulit Dapat Kerja?".
Sebenarnya saya adalah seorang lulusan dari kampus ternama, setidaknya kata orang-orang kampus saya bagus dan bergengsi. Sebut saja saya lulus dari kampus ITB, dan memang kenyataannya begitu. Sebagai seorang lulusan ITB, saya melihat banyak teman-teman saya yang justru masih kesulitan mencari pekerjaan. Loh kenapa begitu? Terus buat apa susah-susah masuk ITB kalau ternyata sama aja kayak perguruan tinggi lain susah buat dapat kerjaan? Bahkan teman-teman saya itu bukanlah seseorang yang memiliki IPK buruk, mereka memiliki IPK diatas 3, dan bahkan ada juga yang cum laude, alias IPK diatas 3.5. Mengapa mereka begitu kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan?
Faktanya tidak semua jurusan mendapatkan banyak tawaran atau lowongan pekerjaan. Sepinya kebutuhan akan suatu lulusan jurusan tertentu akan membuat seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hal ini artinya selain nama universitas, jurusan menjadi hal yang sangat penting.
Coba saja kalian lihat di berbagai lowongan yang ada di website-website penyedia lowongan pekerjaan, jurusan tertentu sangat sedikit sekali tawaran pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan mereka yang berada pada jurusan yang "kurang dibutuhkan" ini menjadi kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hal ini mengakibatkan nama universitas bukanlah jaminan untuk memudahkan seseorang mendapatkan pekerjaaan.
Selain masalah sepinya lowongan, gaji dan nama besar perusahaan biasanya juga biasanya menjadi alasan para lulusan universitas ternama ini memilih-milih pekerjaan. Mereka terlalu gengsi untuk melamar pada pekerjaan yang bergaji biasa saja dan perusahaan yang biasa saja. Padahal sebagai seorang Fresh Graduate seharusnya mereka bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan. Seharusnya tidak perlu malu mendapatkan pekerjaan bergaji kecil dan dari perusahaan kecil, pengalaman seharusnya hal yang utama dipikirkan.
Saya sendiri waktu melamar pekerjaan pertama saya dulu tidak terlalu memikirkan masalah gaji. Ketika itu saya masih kuliah dan memutuskan untuk kerja parttime, Gaji saya hanya sebesar Rp 2.750.000 saja tiap bulannya. Memang sih gaji segitu sudah lumayan untuk posisi sebagai pekerja parttime. Dan kemudian setelah itu barulah saya melamar untuk mencari posisi full time, dan ketika itu saya beruntung bisa mendapatkan gaji diatas 50 juta per bulan, namun memang kerjanya di luar negeri.
Sebenarnya nama universitas bisa membantumu untuk dipanggil oleh HRD untuk masuk ke fase interview. Konon HRD melihat nama universitas seorang pelamar. Karena mereka meyakini bahwa nama universitas mencerminkan kualitas lulusannya, persaingan masuk yang sulit membuktikan bahwa orang yang masuk ke kampus ternama adalah orang-orang yang terpilih. Namun memang pada kenyataannya tidak semua orang yang lulus dari kampus ternama berkualitas, ada juga yang pada akhirnya gagal melewati proses penempaan sehingga menjadi lulusan yang biasa saja.
Sebenarnya saya adalah seorang lulusan dari kampus ternama, setidaknya kata orang-orang kampus saya bagus dan bergengsi. Sebut saja saya lulus dari kampus ITB, dan memang kenyataannya begitu. Sebagai seorang lulusan ITB, saya melihat banyak teman-teman saya yang justru masih kesulitan mencari pekerjaan. Loh kenapa begitu? Terus buat apa susah-susah masuk ITB kalau ternyata sama aja kayak perguruan tinggi lain susah buat dapat kerjaan? Bahkan teman-teman saya itu bukanlah seseorang yang memiliki IPK buruk, mereka memiliki IPK diatas 3, dan bahkan ada juga yang cum laude, alias IPK diatas 3.5. Mengapa mereka begitu kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan?
Faktanya tidak semua jurusan mendapatkan banyak tawaran atau lowongan pekerjaan. Sepinya kebutuhan akan suatu lulusan jurusan tertentu akan membuat seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hal ini artinya selain nama universitas, jurusan menjadi hal yang sangat penting.
Coba saja kalian lihat di berbagai lowongan yang ada di website-website penyedia lowongan pekerjaan, jurusan tertentu sangat sedikit sekali tawaran pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan mereka yang berada pada jurusan yang "kurang dibutuhkan" ini menjadi kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hal ini mengakibatkan nama universitas bukanlah jaminan untuk memudahkan seseorang mendapatkan pekerjaaan.
Selain masalah sepinya lowongan, gaji dan nama besar perusahaan biasanya juga biasanya menjadi alasan para lulusan universitas ternama ini memilih-milih pekerjaan. Mereka terlalu gengsi untuk melamar pada pekerjaan yang bergaji biasa saja dan perusahaan yang biasa saja. Padahal sebagai seorang Fresh Graduate seharusnya mereka bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan. Seharusnya tidak perlu malu mendapatkan pekerjaan bergaji kecil dan dari perusahaan kecil, pengalaman seharusnya hal yang utama dipikirkan.
Saya sendiri waktu melamar pekerjaan pertama saya dulu tidak terlalu memikirkan masalah gaji. Ketika itu saya masih kuliah dan memutuskan untuk kerja parttime, Gaji saya hanya sebesar Rp 2.750.000 saja tiap bulannya. Memang sih gaji segitu sudah lumayan untuk posisi sebagai pekerja parttime. Dan kemudian setelah itu barulah saya melamar untuk mencari posisi full time, dan ketika itu saya beruntung bisa mendapatkan gaji diatas 50 juta per bulan, namun memang kerjanya di luar negeri.
Sebenarnya nama universitas bisa membantumu untuk dipanggil oleh HRD untuk masuk ke fase interview. Konon HRD melihat nama universitas seorang pelamar. Karena mereka meyakini bahwa nama universitas mencerminkan kualitas lulusannya, persaingan masuk yang sulit membuktikan bahwa orang yang masuk ke kampus ternama adalah orang-orang yang terpilih. Namun memang pada kenyataannya tidak semua orang yang lulus dari kampus ternama berkualitas, ada juga yang pada akhirnya gagal melewati proses penempaan sehingga menjadi lulusan yang biasa saja.
0 Komentar untuk "Lulusan Universitas Ternama Sulit Dapat Kerja?"